Laman

Minggu, 14 November 2010

Merapi | Mbah Marijan

Wedus Gembel kembali mengegerkan Indonesia, kali ini dengan letusan yang sempurna dengan lahar yang telah menyembur dan awan panasnya yang banyak memakan korban dengan berbagai macam bahan vulkanik yang bercampur material-material lainnya yang panas dan membahayakan.
Letusan merapi kali ini merupakan peringatan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa agar kita sadar dan kembali mendekatkan diri kepadaNYA untuk memohon perlindungan dan keselamatan.

Pada bencana merapi kali ini salah satu dari kita mungkin kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup kita, entah itu keluarga, kekasih, atau teman. Ini membuat kita sangat terpukul, tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa, karena letusan ini peringatan dari Tuhan dan kehendak Tuhan, kita sebagai manusia ciptaanNYA hanya bisa pasrah menerima keadaan ini. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun juga karena kita lahir kedunia pasti akan kembali kepangkuan Tuhan, kita yang selamat dari musibah hanya bisa bersyukur dan berdoa bagi mereka yang terkena musibah dan berdoa memohon keselamatan.

Pada musibah merapi kali ini kita juga kehilangan sosok yang berani dalam mempertahankan gelarnya sebagai juru kunci merapi yaitu Mbah Marijan. Sang juru kunci yang tidak pernah meninggalkan tugasnya meski saat itu merapi sudah meletus. Dengan berani Mbah Marijan diam dan menunggu dirumahnya yang berjarak tidak jauh dari merapi. Dulu Mbah Marijan terkenal karena peristiwa Wedus Gembel, beliau sempat tenar karena keberaniannya bertahan dikaki gunung tanpa mengungsi yang pada saat itu keadaan gunung sudah dalam keadaan siaga. Karena Mbah Marijan sang juru kunci merapi, beliau tau kapan merapi akan meletus. Dan pada akhirnya merapi mengeluarkan lahar dan awan panasnya, tetapi Mbah Marijan masih tetap bertahan dirumahnya di kaki gunung merapi meski itu telah merenggut nyawanya.

Saat awan panas sudah turun ke kediaman Mbah Marijan, saat itu beliau sedang melaksanakan sholat dan beliau terkepung awan panas. Saat itu lah kita kehilangan Mbah Marijan, tetapi kita baru mengetahui keesokan harinya bahwa Mbah Marijan sudah tiada dengan ditemukan meninggal dalam keadaan sujud.
Dengan keberanian itu kita patut mencontoh sosok Mbah Marijan yang tidak kenal takut, dan tidak lari dalam tugasnya, beliau sadar akan keharusannya menjadi sang juru kunci untuk tetap ada di gunung merapi, dan melindungi rakyat yang ada disekitarnya. Jadi adri Mbah Marijan kita belajar :
Apapun tugas kita dan masalah kita, kita tidak boleh lari dari masalah dan tugas tersebut, karena itu sudah menjadi keharusan dan menjadi tanggung jawab kita.

Maka dari itu dari bencana yang ada kali ini kita harus kembali sadar akan kuasa Tuhan Yang Maha Esa, dan kita harus siap akan keadaan seperti apa pun.